Subjek
- #Positifitas Hidup
- #Manusia Egois
- #Mengatasi Emosi
- #Hubungan Antarpribadi
- #Esai
Dibuat: 2024-05-01
Dibuat: 2024-05-01 06:28
The Scream (1895)Edvard Munch (Norwegia, 1863 - 1944)
"Kenapa orang itu seperti itu?"
Ada kalanya kita bertemu dengan orang-orang yang membuat kita bertanya-tanya, 'Kenapa sih dia seperti itu?'
Dalam kehidupan, kita terkadang bertemu dengan individu yang egois.
Kita tidak sengaja bertemu mereka, tetapi seperti kecelakaan lalu lintas yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, pertemuan itu tak terhindarkan.
Biasanya, orang-orang normal tidak mudah memahami kondisi mental individu yang egois. (Dan sebenarnya, tidak perlu dipahami juga.)
Mungkin kita juga ingin marah kepada takdir yang telah mengirimkan 'sampah' ini ke dalam hidup kita.
Aku sendiri baru-baru ini bertemu dengan seseorang yang tidak bertanggung jawab dan egois, yang mengingkari perkataannya sendiri.
Apakah aku harus memperjuangkan hakku? Atau akankah aku lebih baik menahan diri demi menjaga hubungan baik dengan orang lain? Atau mungkin, demi waktuku yang berharga?
Dari pengalaman yang telah lalu, aku tahu bahwa menghadapi 'sampah' akan mencemari waktu dan hidupku, jadi aku harus membuat pilihan yang bijak.
Memarahi manusia yang egois atau takdir yang tidak terlihat adalah pemborosan waktu.
Kita selalu harus memilih cara yang bijak demi diri kita sendiri yang berharga.
Terlebih lagi, bertemu dengan orang seperti itu bukanlah kesalahanmu, jadi tidak perlu terus-menerus terluka karenanya.
"Kenapa orang itu begitu egois?"
Beberapa orang cenderung memprioritaskan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri di atas orang lain. Mereka seringkali kurang memiliki kemampuan empati, atau lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada mempertimbangkan perasaan orang lain.
Terluka karena orang-orang seperti itu memang tak terhindarkan, tetapi yang terpenting adalah menemukan cara untuk melepaskan diri dari rasa sakit itu.
Pertama, ketika bertemu dengan orang-orang seperti itu, kita harus mengakui dan menerima emosi yang muncul dalam diri kita.
Jika kita merasa terluka, mengakui hal itu adalah langkah pertama menuju pemulihan.
Daripada menekan atau menyangkal emosi tersebut, mari kita cari tahu apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman itu.
Selanjutnya, kita perlu belajar melindungi diri dan menetapkan batasan dalam situasi seperti ini. Ini adalah bentuk cinta dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu, meminjam kekuatan pengampunan untuk kedamaian batin juga bisa menjadi solusi. Pengampunan bukanlah untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri.
Terakhir, dalam proses mengatasi luka yang diderita dalam hubungan dengan orang-orang egois, kita perlu meluangkan lebih banyak waktu untuk mencintai dan merawat diri sendiri.
Bersikaplah baik dan lembut pada diri sendiri, dan sembuhkan luka batin yang ada. Jangan menyimpan sampah yang diberikan orang lain, buanglah segera.
"Aku menolak sampah sepertimu."
Bertemu dengan orang-orang egois mungkin merupakan bagian dari kehidupan. Namun, luka yang kita alami karena mereka bukanlah kesalahan kita dan juga bukan milik kita.
Anne Shirley memiliki kata-kata yang indah.
"Dunia ini sangat menarik, sehingga terlalu sayang untuk berlarut dalam kesedihan."
Tidak perlu menghabiskan waktu lama dalam kesedihan karena luka yang ditimbulkan oleh orang-orang egois. Karena hidup kita dipenuhi dengan banyak momen indah yang layak untuk dinikmati.
Jangan biarkan manusia yang remeh temeh menghalangi kebahagiaan kita.
Melalui pengalaman yang sedikit menyakitkan ini, kita bisa menjadi lebih kuat dan belajar mencintai diri sendiri.
Menghargai emosi kita, belajar menemukan hal positif dalam hubungan yang sulit, dan yang terpenting, memprioritaskan diri sendiri adalah hal yang penting.
Kita mungkin tidak dapat memilih dengan siapa kita bertemu, tetapi bagaimana kita bereaksi dan bagaimana kita bertumbuh karena hal itu adalah pilihan kita.
Komentar0